Info Sekolah
Rabu, 11 Des 2024
  • Segenap Guru dan Tenaga Kependidikan SMKN 1 Binuang mengucapkan "Selamat dan sukses bagi Peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan di SMKN 1 Binuang TP 2021/2022,"

Membangun Komunikasi Menggerakkan Tefa di SMK

Diterbitkan : - Kategori : Artikel Umum

Membangun Komunikasi Menggerakkan Tefa di SMK

*Satriya Alfiza, M.Pd – Kepala SMKN 1 Binuang

Mendapat amanah sebagai Kepala Sekolah sejak tahun 2013 di tingkat pendidikan dasar di SMP Negeri 1 Binuang Tapin,memberikan banyak pengalaman dan menguatkan mental bukan hanya sebagai guru namun sebagai pemimpin yang memerlukan kemampuan untuk selalu siap bersinergi, berkolaborasi, dan berinovasi. Tak lupa, saya harus Tangguh untuk menghadapi berbagai hal sebagai dampak dari perubahan-perubahan tersebut. Maka, dengan bekal doa dan semangat untuk melayani dan memberikan yang terbaik untuk pendidikan di Tapin, saya pun melangkah bersama guru-guru yang selama ini adalah mitra kerja yang selalu mendukung dan memberi masukan bagi saya. Saya pun mempelajari keadaan dan peluang yang bisa saya lakukan untuk lembaga yang saya pimpin. Ucapan selamat bertugas sebagai leader yang mungkin saat itu saya masih muda di antara senioritas yang tentunya sudah banyak pengalaman. Teman-teman alumni PBSI FKIP Unlam yang tergabung dalam group alumni serentak memberikan ucapan dan semangat dengan pesan “Jangan manyupani PBSI 91 lah, kami akan terus bangga padamu” Wah, ini semacam warning bagi saya untuk menjadi alumni yang membanggakan setidaknya teman-teman PBSI. Pesan lucu yang selalu terngiang dari teman-teman adalah Kemampuan Berbahasa Menyimak,Membaca, Berbicara, dan Menulis harus diimplementasikan di dunia nyata. Itu tugas buat Kepala Sekolah kita. So, hal ini kadangkala menggelitikku. Mari kita uji kemampuan berbahasa kita, ingat nilai mata kuliah kita dulu. Demikian, kicau teman-teman di group kami.

Tahun 2020 menjadi awal bagi saya di dunia vokasi. Saya mutasi atas kemauan sendiri ke pendidikan menengah tepatnya di SMK Binuang sebagai guru Bahasa Indonesia. Tahun tersulit bagi kita, Indonesia dan dunia diterjang  pandemic covid-19. Pendidikan di Indonesia seperti lumpuh. Pembelajaran pun tak lagi di ruang kelas dengan celoteh ria siswa belajar entah di dalam di pojok manapun. Daring. Online. Zoom. Webinar. Dan berbagai aplikasi belajar online dengan segala plus minusnya ramai wara-wiri dari berbagai platform yang mengenalkan system belajar menyenangkan melalui layar android dan lain-lain dengan segala gaya siswa mengaplikasikannya.

Model-model pembelajaran e-learning di sekolah menjadi alternatif agar pembelajaran efektif dan menyenangkan.

Saya, seperti mati kutu. Ternyata Kemampuan berbahasa Indonesia siswa SMK diluar dugaan saya. Tak sesuai ekpectasi. Saya seperti mengajar anak saya di rumah ketika anak saya masih di kelas rendah. Saya pun, mempelajari kurikulum SMK dengan seksama melalui link yang bisa menambah wawasan saya tentang vokasi. Intinya, pembelajaran di SMK, kurikulum SMK bertujuan siswa memiliki keterampilan dan berwirausaha. Terampil dan berwirausaha, menurut say aini tak kan pernah lepas dari kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dapat diperoleh melalui Kemampuan Berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.

Terampil dan berwirausaha, menjadi kata kunci bagaimana saya nanti mengajar Bahasa Indonesia di SMK. Kemampuan komunikasi menurut saya adalah hal terpenting menjadi siswa vokasi. Kemampuan komunikasi yang baik akan memudahkan pencapaian tujuan akhir.

Namun, pandemi C-19 menyebabkan learning loss. Learning Loss ini dapat disebut sebagai kondisi hilangnya sebagian pengetahuan dan keterampilan siswa dalam perkembangan akademis yang diakibatkan oleh terhentinya atau terhambatnya proses pembelajaran di sekolah.

Dimulai dari penyampaian materi yang tidak maksimal, kesulitan anak untuk bertanya kepada guru, maupun gangguan akses atau kelancaran internet. Tidak semua lokasi tempat tinggal siswa memiliki akses internet yang bagus. Banyak siswa yang terkendala internet. Mereka berada di zero internet sehingga saat pandemic banyak kita temui pos-pos sinyal, tempat berkumpul para siswa baik di tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Mereka mendirikan gubuk-gubuk sinyal yang memungkinkan mereka untuk menjangkau jaringan. Sungguh pemandangan yang bisa saya saksikan langsung di daerah di tenpat saya bertugas.

Medio Juni 2022, saya kembali mendapat amanah untuk memimpin SMK Negeri 1 Binuang. Lantas, bagaimana saya mengajar Bahasa Indonesia nanti? Bagaimana saya akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar? Saya tetap pada tujuan semula. Bahwa siswa SMK harus pandai berkomunikasi, terampil berbahasa dengan baik dan benar. Maka Gerakan Literasi Sekolah melalui program Peningkatan Literasi di perpustakaan SMK menjadi salah satu program kerja yang terus saya kembangkan. Fungsi perpustakaan sebagai jantung sekolah pelan-pelan sudah dapat difungsikan lebih maksimal. Literasi sekolah pelan-pelan menggeliat dengan program kerja perpustakaan yang memungkinkan perpustakaan sering dikunjungi baik sebagai sarana utama referensi bacaan maupun tempat kegiatan.

Era pandemic C-19 hingga pasca pandemic, memunculkan istilah baru dalam Kurikulum sekolah. Mulai  Kurikulum Darurat, Kurikulum Prototype, dan Kurikulum Merdeka.  Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Nomor 044/H/KR/2022 yang ditandatangani 12 Juli 2022 menetapkan lebih dari 140 ribu satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. SK tersebut merevisi SK sebelumnya karena terdapat perubahan beberapa satuan pendidikan yang melakukan refleksi dan mengubah level implementasinya, misalnya dari level mandiri belajar ke mandiri berubah atau sebaliknya

Tiga pilihan yang dapat diputuskan satuan  pendidikan tentang Implementasi Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran 2022/2023 antara lain 1) Menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan 2) Menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan, 3) Menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.

Kurikulum Merdeka memudahkan dan mendorong guru untuk berorientasi pada murid, misalnya berfokus pada materi esensial, jadi materi tiap mata pelajaran lebih sedikit sehingga guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar. Guru bisa menggunakan metode yang lebih interaktif, lebih mendalam, dan lebih menyenangkan. Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Satuan pendidikan menentukan pilihan berdasarkan Angket Kesiapan Implementasi Kurikulum Merdeka yang mengukur kesiapan guru dan tenaga kependidikan. Tidak ada pilihan yang paling benar, yang ada pilihan yang paling sesuai kesiapan satuan pendidikan. Semakin sesuai maka semakin efektif implementasi Kurikulum Merdeka.

Lembaga pendidikan vokasi atau kejuruan tahun ini sudah siap menerapkan sistem pembelajaran sesuai dengan apa yang ada di lapangan (Industri). Kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan etos kerja tinggi sangat dibutuhkan bangsa ini untuk mampu bersaing dengan negara lain yang sudah lebih dahulu menerapkan budaya kerja yang disiplin dan bekerja keras. Untuk membangun etos kerja yang baik, dunia pendidikan mulai mengimplementasikan model pembelajaran teaching factory (Pembelajaran Industri). Harapannya kedepan, lulusan SMK akan terbiasa dan terlatih dengan budaya kerja di Industri.

Tujuan pembelajaran Teaching Factory

  • Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
  • Membantu Peserta Didik memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
  • Menumbuhkan kreatifitas Peserta Didik melalui learning by doing;
  • Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
  • Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
  • Membantu Peserta Didik SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
  • Memberi kesempatan kepada Peserta Didik SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih

 

Lantas, bagaimana penerapannya di sekolah?

Teaching factory (TEFA) di SMK diterapkan dengan berbagai cara, cara yang diambil oleh masing-masing SMK berbeda-beda tergantung dari kemampuan dan fasilitas yang dimiliki. Beberapa model yang bisa diterapkan diantaranya.

  1. Sekolah Menyediakan Ruang Untuk Mitra Industri

Untuk industri lokal yang mau bekerjasama dengan SMK untuk menghasilkan barang dan jasa dari siswa-siswi SMK dapat bekerjasama dengan sekolah SMK lokal. Dari hal ini akan tercipta simbiosis mutualisme antara SMK dengan Industri lokal. Untuk lulusan SMK yang berminat bekerja dengan industri lokal tersebut maka dapat bekerja ditempat tersebut. Keuntungan industri lokal tersebut adalah tidak perlu repot melathi pekerja, karena memang sudah terlatih sejak dibangku sekolah.

  1. Sekolah dan Industri Membangun Teaching Factory (TEFA)

Kerjasama untuk membangun ruang kerja seperti layaknya di ndustri dapat dilakukan oleh pihak sekolah bekerjasama dengan pihak industri yang membutuhkan tenaga kerja terampil dari lulusan SMK.

  1. Industri Menyediakan Ruang Untuk Siswa-Siswi SMK

Pelaksanaan TEFA ini sudah dilakukan oleh SMK dengan mengadakan prakerin, pelaksanaan prakerin akan memperlihatkan kepada siswa-siswi SMK tentang kegiatan nyata di dunia industri dan hal-hal yang perlu dilakukan dalam bekerja maupun membangun usaha sendiri.

Pembelajaran teaching factory dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut

  • Menerima order

Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel.

  • Menganalisis order

Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.

  • Menyatakan Kesiapan mengerjakan order

Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.

  • Mengerjakan order

Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Peserta Didik sebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan.

  • Mengevaluasi produk

Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/ layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.

  • Menyerahkan order

Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyaratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.

Adapun hasil yang diharapkan dalam penyelenggaraan Teaching Factory adalah sebagai berikut :

  1. Siswa memiliki intense atau minat berwira usaha.
  2. Potensi siswa berwirausaha dapat diidentifikasi.
  3. Siswa dapat membuat rencana usaha.
  4. Kemampuan siswa menjual produk bisa di kembangkan.
  5. Kemampuan siswa membuat desain dapat dikembangkan.
  6. Kemampuan siswa membuat prototype dapat di kembangkan.
  7. Kemampuan siswa untuk membuat dan merakit produk dapat di kembangkan.
  8. Membangkitkan ide-ide kreatif siswa dapat dikembangkan.
  9. Sikap kreatif siswa dapat dikembangkan.

Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Jadi, dapat kit akita simpulkan bahwa komunikasi yang baik dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar sangat diperlukan  di tingkat SMK untuk mengembangkan Tefa SMK terhadap perkembangan kemajuan dan mutu alumni dan perannya nanti pada dunia industry.

 

 

*Satriya Alfiza, M.Pd – Kepala SMK Negeri 1 Binuang Tapin

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.