Oleh Drs. KAMAJAYA, M.Pd
(Kabid. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Industri PP IGVI)
Pendidikan vokasi di Indonesia menjadi tumpuan dalam memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan vokasi pada peserta didik dalam menyongsong bonus demografi, disadari belum sepenuhnya mutu lulusan saat ini dapat menghantarkan mereka benar-benar menguasai kompetensi keahliannya dengan baik. Hal ini berdampak pada masalah terkait dengan keterserapan lulusan dalam melakukan BMW (Bekerja/Melanjutkan/Wirausaha) yang masih perlu ditingkatkan.
Mengenai masalah keterserapan lulusan secara nasional belum sesuai dengan harapan/tujuan pendidikan vokasi dan yang menjadi isu sentral pembenahan pendidikan vokasi ini yaitu dengan melakukan perubahan penyederhahaan dari kurikulum sebelumnya, dengan harapan terjadi adanya kesesuaian antara kurikulum SMK dan kurikulum industri melalui penguatan program link and match.
Saat masih menggunakan kurikulum 13, yang direvisi tahun 2016 kemagnetan link and match dengan pihak DUDI masih dipandang belum maksimal, walaupun kurikulum tersebut usianya telah mencapai 7 tahun lebih. Hal ini dapat dilihat dari masih bertenggernya dominasi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK.
Usaha dari beberapa SMK secara partial yang memahami kondisi keadaan lemahnya kemagnetan link and match dengan pihak DUDI melalui kurikulum 13, mereka melakukan trik tersendiri dalam usahanya untuk melakukan link and match secara kuat dengan pihak DUDI, sebagian dari SMK tersebut terbebas dari masalah penanganan keterserapan lulusan. Namun tidak sedikit SMK lain yang terkendala dengan kondisi ruang gerak/waktu mereka untuk melakukan hubungan kerja sama link and match secara lebih baik, yang fokus dalam penanganan masalah penguasaan kompetensi peserta didik agar mereka benar-benar kompeten di bidangnya sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Kini pihak Ditjen Vokasi yang menjadi lokomotif pendidikan vokasi di Indonesia pada tahun 2021 akan melakukan trik atau strategi secara nasional melalui penyederhanaan kurikulum SMK. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat menjalin hubungan kerja sama link and match lebih kuat (super match), dalam menghasilkan mutu lulusan yang sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Ada lima aspek mendasar dalam penyederhanaan kurikulum SMK, agar mutu lulusan sesuai dengan kebutuhan DUDI, antara lain:
Pertama, terkait dengan mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya mapel matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan. Maksudnya adalah agar kedua mapel tersebut hadir dalam mapel produktif yang memerlukan perhitungan perhitungan secara matematis, untuk membantu peserta didik dalam melakukan perhitungan, sehingga mereka bisa lebih mudah dalam mempelajari kompetensi keahliannya. Contoh lainnya mapel Bahasa Indonesia, diharapkan dapat membantu penguasaan kompetensi peserta didik dalam pembuatan pelaporan, presentasi, cara melakukan komunikasi, dan atau menyangkut dengan masalah kebekerjaan, seperti bagaimana cara membuat lamaran pekerjaan yang baik, teknik wawancara dengan pihak industri dan lain-lain yang sifatnya mendukung pada penguasaan kompetensi peserta didik agar sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Kedua, masalah terkait dengan durasi waktu magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih, di mana kurikulum ini sangat memberikan ruang/koridor pada pihak SMK untuk lebih leluasa melakukan kegiatan prakerin, dengan harapan peserta didik dapat benar-benar terlibat dalam kegiatan industri secara baik yang dapat menghantarkan mereka dalam memahami dunia industri, sehingga dapat membawa dampak yang signifikan terhadap masalah sikap, penguasaan kompetensi dan wawasan industrial yang baik.
Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning (PBL) dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Melalui PBL diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman baru secara nyata dalam proses pembelajaran yang dapat menghasilkan suatu proyek untuk mencapai kompetensi. Hasil akhir dari PBL tersebut antara lain dapat menghasilkan produk, laporan tertulis/lisan, presentasi kegiatan.
Demikian pula diharapkan melalui ide-ide kreatif kewirausahaan yang dilakukan selama 3 semester dapat diimplementasikan sebagai suatu proses pembelajaran yang dapat menghantarkannya menjadi The young entrepreneurship.
Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing, program tersebut dimaksudkan untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan/keterampilan lain pada peserta didik yang sifatnya dapat memperkaya penguasaan kompetensi bidang keahlian lainnya, sehingga mereka benar-benar siap untuk melakukan BMW.
Kelima, terdapatKokurikulerwajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat. Melalui program tersebut diharapkan peserta didik benar-benar dapat menghayati/mengimplementasikan penguasaan komptensi yang dimilikinya bagi kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitarnya.
Melalui trik atau strategi yang dilakukan oleh Ditjen Vokasi secara nasional dengan melakukan penyederhanaan kurikulum terkait dengan pendidikan SMK, diharapkan dapat memperkecil kesenjangan yang terjadi antara ilmu pengetahuan dan teknologi dunia vokasi dengan pihak DUDI, supaya bisa menghasilkan mutu lulusan yang sesuai (match) dengan kebutuhan DUDI.
Pendidikan vokasi di Indonesia menjadi tumpuan dalam memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan vokasi pada peserta didik dalam menyongsong bonus demografi, disadari belum sepenuhnya mutu lulusan saat ini dapat menghantarkan mereka benar-benar menguasai kompetensi keahliannya dengan baik. Hal ini berdampak pada masalah terkait dengan keterserapan lulusan dalam melakukan BMW (Bekerja/Melanjutkan/Wirausaha) yang masih perlu ditingkatkan.
Mengenai masalah keterserapan lulusan secara nasional belum sesuai dengan harapan/tujuan pendidikan vokasi dan yang menjadi isu sentral pembenahan pendidikan vokasi ini yaitu dengan melakukan perubahan penyederhahaan dari kurikulum sebelumnya, dengan harapan terjadi adanya kesesuaian antara kurikulum SMK dan kurikulum industri melalui penguatan program link and match.
Saat masih menggunakan kurikulum 13, yang direvisi tahun 2016 kemagnetan link and match dengan pihak DUDI masih dipandang belum maksimal, walaupun kurikulum tersebut usianya telah mencapai 7 tahun lebih. Hal ini dapat dilihat dari masih bertenggernya dominasi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK.
Usaha dari beberapa SMK secara partial yang memahami kondisi keadaan lemahnya kemagnetan link and match dengan pihak DUDI melalui kurikulum 13, mereka melakukan trik tersendiri dalam usahanya untuk melakukan link and match secara kuat dengan pihak DUDI, sebagian dari SMK tersebut terbebas dari masalah penanganan keterserapan lulusan. Namun tidak sedikit SMK lain yang terkendala dengan kondisi ruang gerak/waktu mereka untuk melakukan hubungan kerja sama link and match secara lebih baik, yang fokus dalam penanganan masalah penguasaan kompetensi peserta didik agar mereka benar-benar kompeten di bidangnya sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Kini pihak Ditjen Vokasi yang menjadi lokomotif pendidikan vokasi di Indonesia pada tahun 2021 akan melakukan trik atau strategi secara nasional melalui penyederhanaan kurikulum SMK. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat menjalin hubungan kerja sama link and match lebih kuat (super match), dalam menghasilkan mutu lulusan yang sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Ada lima aspek mendasar dalam penyederhanaan kurikulum SMK, agar mutu lulusan sesuai dengan kebutuhan DUDI, antara lain:
Pertama, terkait dengan mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya mapel matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan. Maksudnya adalah agar kedua mapel tersebut hadir dalam mapel produktif yang memerlukan perhitungan perhitungan secara matematis, untuk membantu peserta didik dalam melakukan perhitungan, sehingga mereka bisa lebih mudah dalam mempelajari kompetensi keahliannya. Contoh lainnya mapel Bahasa Indonesia, diharapkan dapat membantu penguasaan kompetensi peserta didik dalam pembuatan pelaporan, presentasi, cara melakukan komunikasi, dan atau menyangkut dengan masalah kebekerjaan, seperti bagaimana cara membuat lamaran pekerjaan yang baik, teknik wawancara dengan pihak industri dan lain-lain yang sifatnya mendukung pada penguasaan kompetensi peserta didik agar sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Kedua, masalah terkait dengan durasi waktu magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih, di mana kurikulum ini sangat memberikan ruang/koridor pada pihak SMK untuk lebih leluasa melakukan kegiatan prakerin, dengan harapan peserta didik dapat benar-benar terlibat dalam kegiatan industri secara baik yang dapat menghantarkan mereka dalam memahami dunia industri, sehingga dapat membawa dampak yang signifikan terhadap masalah sikap, penguasaan kompetensi dan wawasan industrial yang baik.
Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning (PBL) dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Melalui PBL diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman baru secara nyata dalam proses pembelajaran yang dapat menghasilkan suatu proyek untuk mencapai kompetensi. Hasil akhir dari PBL tersebut antara lain dapat menghasilkan produk, laporan tertulis/lisan, presentasi kegiatan.
Demikian pula diharapkan melalui ide-ide kreatif kewirausahaan yang dilakukan selama 3 semester dapat diimplementasikan sebagai suatu proses pembelajaran yang dapat menghantarkannya menjadi The young entrepreneurship.
Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing, program tersebut dimaksudkan untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan/keterampilan lain pada peserta didik yang sifatnya dapat memperkaya penguasaan kompetensi bidang keahlian lainnya, sehingga mereka benar-benar siap untuk melakukan BMW.
Kelima, terdapatKokurikulerwajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat. Melalui program tersebut diharapkan peserta didik benar-benar dapat menghayati/mengimplementasikan penguasaan komptensi yang dimilikinya bagi kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitarnya.
Melalui trik atau strategi yang dilakukan oleh Ditjen Vokasi secara nasional dengan melakukan penyederhanaan kurikulum terkait dengan pendidikan SMK, diharapkan dapat memperkecil kesenjangan yang terjadi antara ilmu pengetahuan dan teknologi dunia vokasi dengan pihak DUDI, supaya bisa menghasilkan mutu lulusan yang sesuai (match) dengan kebutuhan DUDI.
Sumber : http://beritadisdik.com/news/ cerdas/trik-sinkronisasi-kurikulum-kompetensi-keahlian-di-smk-dengan-kurikulum-industri