Kudus – Mendikbud, Muhajir Effendy, mendorong Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Indonesia untuk melaksanakan program Teaching Factory. Program tersebut menghubungkan antara dengan dunia industri atau usaha yang memiliki kesamaan bidang keterampilan.
Tujuan program tersebut adalah mendidik siswa SMK mampu memproduksi barang atau jasa dengan standar perusahaan itu.
“Siswa SMK yang dari sekolah dengan melakukan Teching Factory, nantinya sudah seperti karyawan. Karena siswa harus produksi sesuai standar. Bahkan tidak diketahui jika itu ternyata hasil dari siswa,” kata Muhajir pada acara Koordinasi Bantuan Pengembangan Teaching Factory di Hotel Griptha Kudus, Kamis (28/6/2018) malam.
Menurutnya, produk karya siswa juga layak dijual dengan standarisasi selayaknya perusahaan nasional. Hasil penjualannya bisa bermanfaat untuk sekolah. Namun tentunya SMK harus lebih dulu menjadi Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) agar lebih mudah mengelola uang hasil penjualan produk karya siswa.
Terkait itu, pihaknya akan menyiapkan Peraturan Menteri, selanjutnya ada peraturan di masing-masingi provinsi melalui Peraturan Gubernur agar SMK bisa menjadi BLUD dalam waktu secepatnya. Jika belum menjadi BLUD maka hasil penjualannya akan menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus disetor sebagai kas negara.
Saat ini Kemendikbud menargetkan sampai akhir tahun 2018 ada 569 SMK melaksanakan program Teaching Factory. Sementara ini, baru 114 SMK se-Indonesia yang telah menjalankan program Teaching Factory.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud, M Bakhrun, menambahkan untuk menjalankan Teaching Factory pihaknya akan menyiapkan dana stimulan Rp 200 juta per SMK. “Banyak perusahaan atau industri yang terbuka dengan kerja sama,” kata Bakhrun.
Sumber : Detiknews
Beri Komentar